Harapan Orangtua kepada anak mereka
( Manusia dan harapan )
Dari sebelum kita semua dilahirkan ke dunia, orangtua kita masing - masing pasti sudah memiliki harapan dan impian terhadap anak - anaknya nanti. Mulai dari jenis kelamin si calon anak, nama anak, tanggal lahir yang diinginkan ( dijaman sekarang hal tersebut sudah menjadi satu harapan ), lahir dengan normal / sehat jasmani. Dan ketika anak tersebut sudah beranjak dewasa ataupun sudah memiliki jalan hidup masing - masing, harapan itupun masih ada dalam benak orangtua.
Pada dasarnya orangtua menginginkan hal - hal yang baik bagi anak - anaknya. Mulai dari menjadi anak yang taat dalam beragama, sehat jasmani maupun rohani, pandai dan berguna bagi diri sendiri dan oranglain. Harapan yang selalu menjadi dasar dari harapan - harapan yang lainnya adalah orangtua menginginkan anak - anaknya bisa maju lebih baik dari mereka. Harapan agar anak - anaknya tidak melakukan kesalahan / kegagalan yang sama seperti yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka.
Namun terkadang, anak - anak sering mengganggap hal tersebut sebagai satu paksaan yang harus mereka lakukan. Mungkin anggapan tersebut bisa timbul karena cara penyampaian terhadap anak terlalu " keras ". Sehingga anak - anak sering menimbulkan anggapan seperti itu.
Apalagi saat anak sudah beranjak remaja, saat - saat seperti inilah saat paling sulit dalam penyampaian harapan tersebut. Remaja sering berontak jika orangtua sudah mulai mengatur. Penyampaian yang halus justru sering tidak didengar dan penyampaian secara kasar pun remaja akan melawan. Mungkin solusi terbaik dalam hal ini adalah dengan mengajak si anak berbicara dari hati ke hati, sehingga anak pun dapat merasakan apa yang orangtua mereka rasakan. Keinginan dan harapan untuk menjadi lebih baik dari mereka para orangtua.
Dan ketika anak sudah dewasa, orangtua memiliki harapan agar anak - anaknya mampu menanggung hidup orangtaunya yang semakin tua, berkeluarga dan memiliki keturunan langsung, hidup mandiri dan mapan serta meneruskan harapan - harapan orangtua mereka yang belum terwujud.
Minggu, 28 April 2013
KEINDAHAN FOTOGRAFI SENI
( MANUSIA DAN KEINDAHAN )
Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Berbagai keindahan tesebut dapat dicapai dengan cara didengar, dilihat ataupun dirasakan. Salah satu bentuk pencapaian keindahan dengan cara dilihat adalah melukis, contohnya fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO.
Fotografi memiliki beberapa jenis, salah satunya fotografi seni. Fotografi Seni dapat diklasifikasikan sebagai sebuah karya foto yang mengkomunikasikan eksplorasi imajinasi kreatornya sebagai curahan emosi jiwa dalam melihat fenomena alam yang ada di sekitarnya. Fotografi Seni tidaklah sama dengan Fotografi jurnalistik yang mempunyai tujuan khusus yaitu menyampaikan informasi suatu peristiwa atau kejadian di masyarakat melalui pengadegan gambar menarik lewat penyampaian media seperti media cetak ( koran, majalah dan tabloid ) ataupun melalui media audio visual ( televisi ).
Fotografi seni lebih menekankan pada penyampaian ide dan pikiran secara bebas, sesuai kemauan si fotografernya. Keunikan fotogarfi seni lainnya adalah lebih menekankan dalam visualisasi objek dan permainan imajinasi. Oleh karena itu, hasil karya yang diciptakan sering membuat orang yang melihatnya bingung akan arti dari hasil karya tersebut.
Fotografi seni lebih menekankan pada penyampaian ide dan pikiran secara bebas, sesuai kemauan si fotografernya. Keunikan fotogarfi seni lainnya adalah lebih menekankan dalam visualisasi objek dan permainan imajinasi. Oleh karena itu, hasil karya yang diciptakan sering membuat orang yang melihatnya bingung akan arti dari hasil karya tersebut.
Berikut adalah beberapa contoh dari fotografi seni :
sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/12/22/teknik-kamera-fotografi-6-fotografi-seni/
http://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi
http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/12/22/teknik-kamera-fotografi-6-fotografi-seni/
GENDER DAN PROBLEM KETIDAKADILAN
( MANUSIA DAN KEADILAN )
Gender berasal dari bahasa latin genus yang berarti tipe atau jenis. Ada pula yang berpendapat bahwa gender merupakan akronim dari genital-order, atau peran sosial yang diberikan sesuai jenis kelamin. Gender dalam penggunaannya secara umum adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang terbentuk secara sosial maupun budaya. Gender bersifat fleksibel tergantung tempat dan waktunya (Mansour Faqih, 2004: 5).
Sejarah perbedaan gender sudah terjadi sejak manusia lahir dan melalui proses yang begitu panjang. Perbedaan itu dikonstruksi secara sosial atau kultur, dibentuk, disosialisasikan dan diperkuat melalui ajaran keagamaan maupun negara (Julia Cleves Mosse, 2003). Bahkan menurut Mansour Faqih perbedaan gender mampu menciptakan ideologi gender yang diwarnai pandangan bahwa laki-laki lebih tinggi dari perempuan, yang juga diperkukuh melalui agama dan tradisi. Ideologi gender memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan agama. Dampak terburuk dari pelegitimasian ini adalah diyakininya perbedaan gender merupakan ketentuan Tuhan atau takdir, yang pada akhirnya tidak mudah bagi masyarakat untuk membedakan antara ketentuan Tuhan yang sebenarnya dengan konstruksi sosial. Ideologi gender telah membentuk budaya yang patriarkhal di mata masyarakat dan menciptakan male dominated culture (budaya yang didominasi oleh laki-laki).
Perbedaan gender tidak akan menjadi perhatian dan menjadi bahan pertimbangan penting kalau saja tidak membawa dampak yang merugikan bagi manusia, terutama perempuan. Namun realitas yang terjadi hari ini berkata lain. Konsep gender menjadi penting karena perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan gender dalam masyarakat.
Ada berbagai bentuk ketidakadilan yang dialami perempuan, seperti :
1. Stereotyping
Stereotip atau label, diberikan kepada perempuan. Umumnya label yang “dicapkan” pada kaum hawa ini bersifat negatif. misal manja, cengeng, penakut, tukang gosip, dll.
2. Subordinasi
Perempuan dinomorduakan dalam segala hal. Konstruksi sosial menyebabkan perempuan selalu ditempatkan di posisi yang lebih rendah dari lawan jenisnya. Hal ini disebabkan karena perempuan dianggap irasional dan tidak mampu memimpin, perempuan hanyalah the second sex.
3. Marginalisasi
Anggapan bahwa perempuan bekerja hanya untuk dirinya sendiri atau sebagai pencari nafkah tambahan menyebabkan banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak strategis. Baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Lebih parahnya, perempuan dianggap tidak kapabel dalam kemampuan analitis sehingga perempuan hanya diberi pekerjaan yang bersifat teknis dan rutin.
Anggapan bahwa perempuan bekerja hanya untuk dirinya sendiri atau sebagai pencari nafkah tambahan menyebabkan banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak strategis. Baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Lebih parahnya, perempuan dianggap tidak kapabel dalam kemampuan analitis sehingga perempuan hanya diberi pekerjaan yang bersifat teknis dan rutin.
4. Doubleburden
Double burden atau beban ganda utamanya dialami oleh wanita karir. Perempuan dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas tugas-tugas domestik. Misalnya mengurus anak, membersihkan rumah, memasak dan melayani suami. Ketika perempuan bekerja di luar rumah (bahkan seringkali sebagai pencari nafkah utama), tanggung jawab atas tugas domestik inipun masih dibebankan padanya. Tugas perempuan menjadi bertumpuk dan sangat banyak.
5. Kekerasan (violence)
Banyak sekali kekerasan yang terjadi terhadap perempuan terjadi disebabkan oleh ketidakadilan gender. Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang berbasis gender, yang mengakibatkaan atau akan mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan baik secara fisik maupun psikis. Mulai dari yang terjadi di ruang publik hingga yang terjadi di ranah domestik. Bentuk kekerasan ini bermacam-macam antara lain pemukulan, pemerkosaan (termasuk pemerkosaan dalam perkawinan), dan pelecehan seksual.
Sebagai seorang manusia yang sama - sama diciptakan oleh yang Maha Kuasa, seharusnya kita semua bisa memandang sesama manusia lainnya sederajat, saling menghargai dan saling menghormati. Karena kita hidup di dunia yang sama dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Perbedaan yang ada seharusnya dapat dijadikan pedoman untuk hidup yang saling melengkapi satu sama lain.
Sebagai seorang manusia yang sama - sama diciptakan oleh yang Maha Kuasa, seharusnya kita semua bisa memandang sesama manusia lainnya sederajat, saling menghargai dan saling menghormati. Karena kita hidup di dunia yang sama dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Perbedaan yang ada seharusnya dapat dijadikan pedoman untuk hidup yang saling melengkapi satu sama lain.
Langganan:
Postingan (Atom)