Minggu, 28 April 2013


GENDER DAN PROBLEM KETIDAKADILAN
( MANUSIA DAN KEADILAN )

Gender berasal dari bahasa latin genus yang berarti tipe atau jenis. Ada pula yang berpendapat bahwa gender merupakan akronim dari genital-order, atau peran sosial yang diberikan sesuai jenis kelamin. Gender dalam penggunaannya secara umum adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang terbentuk secara sosial maupun budaya. Gender bersifat fleksibel tergantung tempat dan waktunya (Mansour Faqih, 2004: 5).



Sejarah perbedaan gender sudah terjadi sejak manusia lahir dan melalui proses yang begitu panjang. Perbedaan itu dikonstruksi secara sosial atau kultur, dibentuk, disosialisasikan dan diperkuat melalui ajaran keagamaan maupun negara (Julia Cleves Mosse, 2003). Bahkan menurut Mansour Faqih perbedaan gender mampu menciptakan ideologi gender yang diwarnai pandangan bahwa laki-laki lebih tinggi dari perempuan, yang juga diperkukuh melalui agama dan tradisi. Ideologi gender memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan agama. Dampak terburuk dari pelegitimasian ini adalah diyakininya perbedaan gender merupakan ketentuan Tuhan atau takdir, yang pada akhirnya tidak mudah bagi masyarakat untuk membedakan antara ketentuan Tuhan yang sebenarnya dengan konstruksi sosial. Ideologi gender telah membentuk budaya yang patriarkhal di mata masyarakat dan menciptakan male dominated culture (budaya yang didominasi oleh laki-laki).

Perbedaan gender tidak akan menjadi perhatian dan menjadi bahan pertimbangan penting kalau saja tidak membawa dampak yang merugikan bagi manusia, terutama perempuan. Namun realitas yang terjadi hari ini berkata lain. Konsep gender menjadi penting karena perbedaan gender telah melahirkan ketidakadilan gender dalam masyarakat.

Ada berbagai bentuk ketidakadilan yang dialami perempuan, seperti :

1. Stereotyping
Stereotip atau label, diberikan kepada perempuan. Umumnya label yang “dicapkan” pada kaum hawa ini bersifat negatif. misal manja, cengeng, penakut, tukang gosip, dll. 


2. Subordinasi
Perempuan dinomorduakan dalam segala hal. Konstruksi sosial menyebabkan perempuan selalu ditempatkan di posisi yang lebih rendah dari lawan jenisnya. Hal ini disebabkan karena perempuan dianggap irasional dan tidak mampu memimpin, perempuan hanyalah the second sex.

3. Marginalisasi
Anggapan bahwa perempuan bekerja hanya untuk dirinya sendiri atau sebagai pencari nafkah tambahan menyebabkan banyak perempuan hanya mendapatkan pekerjaan yang tidak strategis. Baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun status dari pekerjaan yang didapatkan. Lebih parahnya, perempuan dianggap tidak kapabel dalam kemampuan analitis sehingga perempuan hanya diberi pekerjaan yang bersifat teknis dan rutin.

4. Doubleburden
Double burden atau beban ganda utamanya dialami oleh wanita karir. Perempuan dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas tugas-tugas domestik. Misalnya mengurus anak, membersihkan rumah, memasak dan melayani suami. Ketika perempuan bekerja di luar rumah (bahkan seringkali sebagai pencari nafkah utama), tanggung jawab atas tugas domestik inipun masih dibebankan padanya. Tugas perempuan menjadi bertumpuk dan sangat banyak. 


5. Kekerasan (violence)
Banyak sekali kekerasan yang terjadi terhadap perempuan terjadi disebabkan oleh ketidakadilan gender. Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk tindakan kekerasan yang berbasis gender, yang mengakibatkaan atau akan mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan baik secara fisik maupun psikis. Mulai dari yang terjadi di ruang publik hingga yang terjadi di ranah domestik. Bentuk kekerasan ini bermacam-macam antara lain pemukulan, pemerkosaan (termasuk pemerkosaan dalam perkawinan), dan pelecehan seksual.



Sebagai seorang manusia yang sama - sama diciptakan oleh yang Maha Kuasa, seharusnya kita semua bisa memandang sesama manusia lainnya sederajat, saling menghargai dan saling menghormati. Karena kita hidup di dunia yang sama dan saling membutuhkan satu sama lainnya. Perbedaan yang ada seharusnya dapat dijadikan pedoman untuk hidup yang saling melengkapi satu sama lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar